Tuesday, April 1, 2014

Laboratorium Bayi di Universitas Amsterdam


Sylvian, bayi berusia 6 bulan, memandang monitor komputer di depannya dengan penuh perhatian. Berbagai suara dan gambar yang muncul secara bergantian begitu menarik perhatiannya. Dia tidak mempedulikan sekitar. Inilah babylab atau laboratorium bayi dari Universitas Amsterdam. Sylvian ikutserta dalam penyelidikan mengenai cara bayi belajar.


Laboratorium bayi Amsterdam memang unik. Sebelumnya memang sudah pernah ada penelitian soal belajar pada usia bayi. Tapi penelitian di Amsterdam ini ditujukan pada bayi yang sangat muda, yaitu yang berusia di bawah 6 bulan. Penelitian difokuskan pada cara mereka belajar mengenal kategori.

Hal ini sangat istimewa sehingga para peneliti mendapat subsidi tambahan sebesar 500 ribu euro. Mereka sudah bisa menggunakan uang itu sejak minggu ini.


Normal atau Tidak Normal
Mengapa sangat penting untuk mengetahui secara pasti cara bayi normal belajar membedakan, misalnya, anjing dengan kucing? Kepala peneliti Maartje Raijmakers menjelaskan:

"Ada banyak anak yang belajar tidak sebagaimana mestinya. Dan untuk mengerti apa dampak dari perkembangan anak tidak normal, sangatlah penting untuk mengerti bagaimana proses belajar yang normal."

Gerakan mata Sylvian selama eksprimen dipantau seksama oleh sebuah kamera yang biasa disebut Eyetracker. Arah pandang bayi itu sangat penting bagi penelitian. Di ruang sebelahnya, yaitu ruang kontrol, para peneliti memperhatikan prestasi Sylvian dengan sungguh-sungguh.

Butuh Ketenangan

Semua yang bisa mengalihkan perhatian bayi disingkirkan. Sylvian duduk di kamar kedap suara yang dikelilingi tirai hitam. Sementara ibunya duduk di belakang si bayi. Sang ibu memang harus ada di sana, untuk memberi ketenangan yang dibutuhkan, tapi harus duduk di luar pandangan bayi.

Kemudian sejumlah gambar anjing dan kucing dalam ukuran tertentu, diperlihatkan kepada Sylvian. Seekor kucing muncul di tengah, kemudian menghilang, beberapa detik kemudian muncul kucing di sebelah kanan atas. Mata si kelinci percobaan langsung mengikuti ke arah kanan atas.

Setelah itu muncul seekor anjing di tengah monitor. Anjing ini pun menghilang, kemudian muncul lagi di sisi kiri atas. Sylvian mengikuti.

Setelah beberapa kali pengulangan, ia mulai mengerti. Jika gambar anjing yang di tengah muncul kemudian hilang, mata si bayi langsung mengarah ke kiri atas karena ia menduga anjing akan muncul di situ. Jika dia melihat kucing lebih dulu, matanya spontan melihat ke arah kanan atas, karena kemungkinan kucing akan muncul di situ. Jadi bisa disimpulkan, Sylvian sudah belajar membedakan kategori 'anjing' dengan 'kucing'.

Lebih Cepat Lebih Baik
Namun apakah penelitian semacam ini memang diperlukan? Apa pentingnya mengetahui sesegera mungkin apakah seorang anak bisa belajar secara normal atau tidak? Peneliti Raaijmakers kembali menjelaskan:

"Apa yang kita ketahui dari perkembangan otak adalah, pada saat usia sangat muda, perkembangannya sangat fleksibel. Jadi perubahan besar pada otak bisa terjadi pada masa bayi. Semakin besar usia anak, semakin sulit untuk membuat perubahan besar. Karena itu sangatlah baik untuk sedini mungkin mendeteksi masalah-masalah seperti disleksia, dan mengadakan permainan yang menstimulasi otak sejak bayi."

Dengan kata lain, lebih cepat lebih baik. Apakah ini juga alasan ibu Sylvian mengikutsertakan bayinya dalam eksprimen? "Ah, tidak. Soal Sylvian, saya tidak khawatir. Tapi saya kan seorang ibu, tidak ada yang lebih memikat ketimbang anak saya. Saya ingin tahu bagaimana kepala mungil itu mempelajari sesuatu."

No comments:

Post a Comment